Teruntuk
diriku, aku adalah dirimu di masa lalu, dan ini adalah surat pertamaku untukmu
tepat beberapa hari sebelum Ramadhan pergi.
Wahai
diriku, ingatlah bahwa pada detik ini kamu adalah pribadi yang tekun mengeluh,
miskin waktu, serta sosok yang begitu rapuh. Saat surat ini aku tulis, kamu
sedang merutuki dirimu sediri, menyesali setiap detik yang terbuang percuma
sedangkan Ramadan akan segera melangkah dan kamu masih manusia yang sama;
penuh dosa tapi tak merasa berdosa, selalu merasa luar biasa padahal jauh dari
kata sempurna.
Wahai
diriku, kelak jika kamu sudah menjadi lebih baik dariku, jangan pernah
benci aku. Ingatlah kembali alasan mengapa kamu memintaku untuk menulis surat
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar