Rabu, 14 Oktober 2015

DI MANA TEMPATKU? (II)






Hari ini, waktu berputar lebih lambat dari biasanya.
Berulang kali aku melihat ke arah jam yang menggantung rapi di dinding kelas, tapi seperti jarum jamnya tidak bergerak sedikitpun.

Hariku diawali dengan pagi seperti biasanya, bangun, mandi, shalat subuh, siap-siap, sampai berangkat kesekolah, semuanya berjalan seperti biasa.

Sebenarnya hari ini aku merasa sangat malas untuk berangkat ke sekolah, mengingat kejadian 2 hari yang lalu Click Here. Menyebalkan sekali rasanya jika harus bertatap muka dengannya. Ketika melihatnya, aku mengingat kembail rentetan ucapan tajamnya yang menggores tepat di tempat yang akan sulit untuk disembuhkan.

Awalnya aku berusaha mati-matian agar bersikap biasa saja saat berpapasan dengannya, berpura-pura seolah-olah ia tidak ada. Tapi sialnya dia menghancurkan usahaku dengan menabrakku yang sedang berdiri di sisi yang aku yakini tidak akan mengganggu siapapun dengan ucapan yang dingin penuh kebencian "Awas". Memangnya dunia akan runtuh kalau dia mengucapkan kata yang lebih baik seperti "permisi"?. Aku menarik satu nafas, menekan semua emosiku dalam-dalam, sulit untuk mengatakannya tapi akan akui bahwa aku bukan siapa-siapa dan tidak memiliki siapa-siapa untuk sekedar memulai perang dengannya.

Saat aku bercerita pada sobatku yang berada di kelas yang berbeda denganku mengenai sikapnya padaku, sobatku berkata agar aku sesekali menamparnya, dan jika dia akan menamparku balik aku harus menahan lengannya seperti yang tokoh utama lakukan dalam sinetron-sinetron picisan jaman sekarang. Tentu saja aku melakukannya, bukan hanya menamparnya, aku membunuhnya dalam hatiku. 

Perlakuan tidak adil dan semena-semena menimpaku lagi saat pemantapan, sekomplotan orang-orang yang mengkalim diri mereka sebagai teman dengan semena-mena memindahkan tasku dari tempat yang sudah ku tempati lebih dulu dari mereka. Seharusnya aku yang marah, tapi sialnya mereka yang malah memarahiku. “Sial, aku merasa semakin didiskriminasi di kelas ini” Hanya itu yang mampu kuucapkan sebelum aku pergi meninggalkan orang-orang yang saat ini menduduki posisi ke 2, 3, 4, dan 5 di daftar orang yang ingin kubunuh. 

Tidak buruk sebenarnya, hanya saja menyakitkan.

Kadang aku merasa kasihan dan prihatin pada diriku sendiri. Di antara mereka, aku merasa tidak memiliki siapapun, aku tidak tahu harus bersama siapa saat guru meminta agar kami membentuk kelompok, aku tidak tahu harus bertanya pada siapa saat aku tidak mengerti tentang sesuatu, aku bahkan tidak tahu di mana seharusnya aku berada.
Tidakkah seharusnya aku berada di sini? Salahkah jika kau berada di sini? Bukankah tempatku di sini? Jika bukan di sini, lalu di mana tempatku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar