Hari
ini, waktu berputar lebih lambat dari biasanya.
Berulang
kali aku melihat ke arah jam yang menggantung rapi di dinding kelas, tapi
seperti jarum jamnya tidak bergerak sedikitpun.
Hariku
diawali dengan pagi seperti biasanya, bangun, mandi, shalat subuh, siap-siap,
sampai berangkat kesekolah, semuanya berjalan seperti biasa.
Sebenarnya
hari ini aku merasa sangat malas untuk berangkat ke sekolah, mengingat kejadian
2 hari yang lalu Click Here. Menyebalkan sekali rasanya jika harus
bertatap muka dengannya. Ketika melihatnya, aku mengingat kembail rentetan
ucapan tajamnya yang menggores tepat di tempat yang akan sulit untuk
disembuhkan.
Awalnya aku berusaha mati-matian
agar bersikap biasa saja saat berpapasan dengannya, berpura-pura seolah-olah ia
tidak ada. Tapi sialnya dia menghancurkan usahaku dengan menabrakku yang sedang
berdiri di sisi yang aku yakini tidak akan mengganggu siapapun dengan ucapan
yang dingin penuh kebencian "Awas". Memangnya dunia akan runtuh kalau
dia mengucapkan kata yang lebih baik seperti "permisi"?. Aku menarik
satu nafas, menekan semua emosiku dalam-dalam, sulit untuk mengatakannya tapi
akan akui bahwa aku bukan siapa-siapa dan tidak memiliki siapa-siapa untuk
sekedar memulai perang dengannya.
Saat
aku bercerita pada sobatku yang berada di kelas yang berbeda denganku mengenai
sikapnya padaku, sobatku berkata agar aku sesekali menamparnya, dan jika dia
akan menamparku balik aku harus menahan lengannya seperti yang tokoh utama
lakukan dalam sinetron-sinetron picisan jaman sekarang. Tentu saja aku
melakukannya, bukan hanya menamparnya, aku membunuhnya dalam hatiku.
Perlakuan
tidak adil dan semena-semena menimpaku lagi saat pemantapan, sekomplotan
orang-orang yang mengkalim diri mereka sebagai teman dengan semena-mena
memindahkan tasku dari tempat yang sudah ku tempati lebih dulu dari mereka.
Seharusnya aku yang marah, tapi sialnya mereka yang malah memarahiku. “Sial,
aku merasa semakin didiskriminasi di kelas ini” Hanya itu yang mampu kuucapkan
sebelum aku pergi meninggalkan orang-orang yang saat ini menduduki posisi ke 2,
3, 4, dan 5 di daftar orang yang ingin kubunuh.
Tidak
buruk sebenarnya, hanya saja menyakitkan.
Kadang
aku merasa kasihan dan prihatin pada diriku sendiri. Di antara mereka, aku
merasa tidak memiliki siapapun, aku tidak tahu harus bersama siapa saat guru
meminta agar kami membentuk kelompok, aku tidak tahu harus bertanya pada siapa
saat aku tidak mengerti tentang sesuatu, aku bahkan tidak tahu di mana
seharusnya aku berada.
Tidakkah
seharusnya aku berada di sini? Salahkah jika kau berada di sini? Bukankah
tempatku di sini? Jika bukan di sini, lalu di mana tempatku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar